MAKALAH
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Dosen Pengampu : Alfia Apriani, SE., ME.Sy
Disusun Oleh:
Kelompok : 6
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI
2020
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berisi tentang” Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar”tepat pada waktunya.
Kami
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
belajar.
Kami
menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami
miliki masih terbatas. Oleh karena
itu, kami berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah kami ini.
Jambi, Maret
2020
` Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Telah dikatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu
dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu
tergantung kepada bermacam-macam faktor.
Secara umum faktor-faktor yag
mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam
proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Tugas utama seorang
Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila Guru bertindak
mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut,
diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan
giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati,
bahkan adapula siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai
Guru yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Terdapat bermacam-macam
hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar
karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi dan kondisi di
kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika Guru mengajarkan topik
tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita menjadi
seorang ahli. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang
masalah-masalah belajar dalam faktor-faktor belajar merupakan hal yang sangat penting
diketahui bagi seorang Guru dan calon Guru.
B.
Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi belajar?
2.
Bagaimana cara belajar yang efektif?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2.
Untuk mengetahui cara belajar yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
belajar
Prestasi belajar yang
dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu
murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Kedua faktor
tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.[1]
1. Faktor
Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal
ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1. Faktor
fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani
sangat mempengaruhi proses belajar dan perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan
jasmani.
Cara untuk
menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:
a. Menjaga
pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh,
karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah,
lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
b. Rajin
berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c. Istirahat
yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera.
Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat
menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas
belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu
menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun kuratif. Dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan
fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan
lain sebagainya.
2. Faktor
psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
- Kecerdasan/intelegensi
siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas
otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive
control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih
sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain
sebagainya.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi
sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden
N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar anatara lain adalah:
a.
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
b.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c.
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
d.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
- Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang
berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni :
1. Menerima
kesan,
2. Menyimpan
kesan, dan
3. Memproduksi
kesan.
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah,
istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima,
menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan
sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik
mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik
pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan
alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik
pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi
siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau
urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat
nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.[2]
Hal lain dari ingatan
adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama
kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi
pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan
belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya
berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan
akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang
relatif lama. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut
kalangan psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang dipelajari
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik
untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah
satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan reproduksi, yakni pengaktifan
atau proses produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah
menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari,
suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu siswa, misalnya
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian, atau untuk merespon
tantangan-tantangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.
- Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
moativasi, dan kebutuhan.[3]
Namun lepas dari
kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:
1. Dengan
membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,
baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar.
2. Pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu
dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap juga merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar.
Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan
belajar tersebut.
Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang
studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi diri siswa.[4]
- Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap
orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan
lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari
bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh
potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru
perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam – macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar
serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker,
kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar
guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
4. Rasa Percaya Diri
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh guru dan teman- temannya.
Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh
pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Dan hal
yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat,
maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut
terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya
mendorong keberanian siswa secara terus – menerus, memberikan bermacam – macam
penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.[5]
5. Kebiasaan
Belajar
Dalam
kegiatan sehari – hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
- Belajar
pada akhir semester
- Belajar
tidak teratur
- Menyia
- nyiakan kesempatan belajar
- Bersekolah
hanya untuk bergengsi
- Dating
terlambat bergaya seperti pemimpin
- Bergaya
jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
- Bergaya
minta “ belas kasihan “ tanpa belajar.
Kebiasaan
– kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar,
kota kecil, pedesaan dan sekolah – sekolah lain. Untuk sebagian orang,
kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti
belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan
disiplin membelajarkan diri.
6. Cita – cita
Siswa
Pada
umumnya, setiap anak memiliki suatu cita – cita dalam hidup. Cita – cita itu
merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “ gambaran yang jelas “
tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku
ikut – ikutan.
Cita
– cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita
–cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan
dan pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita –cita merupakan wujud
eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita
–cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal
yang sederhana ke yang semakin sulit.
Dengan
mengaitkan pemilikan cita – cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa
diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
2. Faktor-faktor
eksogen/eksternal
Selain karakteristik
siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa
faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial
a.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru
, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk belajar.
b.
Lingkungan sosial massyarakat. Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c.
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan
ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial
adalah;
a. Lingkungan
alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan
alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor
instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan
olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi
pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru,
disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan konsdisi siswa. [6]
B. Cara-Cara
Belajar Yang Efektif
Cara belajar efektif adalah cara belajar yang sesuai dengan kondisi
personal pembelajar, baik dari segi metode, penggunaan tempat, ataupun
penggunaan waktu. Sedangkan belajar efesien adalah cara belajar yang
meminimalkan usaha tetapi mendapatkan hasil yang maksimal. Yang diminilkan disini
juga berupa waktu, tempat, sarana dan prasarana belajar dan lain-lain. Biasanya
seseorang belajar tidak terlalu lama, tetapi sangat menguasai materi tersebut,
karena orang tersebut kemungkinan mempunyai cara efisien dalam belajar, selain
metode yang mereka gunakan dalam belajar. Yang perlu diingat disini adalah,
tidak ada orang pintar atau bodoh dalam belajar, yang ada hanyalah orang malas,
dan tak tahu cara belajar yang baik.
Dibawah ini
adalah cara belajar yang efektif dan efisien:
1. Jangan paksa belajar
pada satu kegiatan
Bagi warga belajar yang istiqomah (rutin) belajar, ia akana meluangkan
waktu setiap hari meskipun sebentar untuk mengulang pelajaran, latihan atau
sekedar membaca materi pokok pelajaran. Kebiasaan ini sangat baik, jika
dilakukan setiap hari. Hal itu, lebih baik ketimbang belajar satu sesi
menjelang ujian, atau semester. seperti kata pepatah: “Sedikit demi sedikit
lama-lama menjadi bukit.”
2. Saat mau belajar memiliki
rencana
Rencana belajar maksudnya adalah memiliki
jadwal-jadwal belajar di luar sekolah. Buatlah jadwal belajar harian, mingguan
jam demi jam. Lalu usahakan dengan tegas, dan tepati semua jadwal yang kamu
buat. Bagi warga belajar yang tidak teratur, biasanya tidak sebagus yang
memiliki rencana dan rutin belajar.
3. Tepati rencana belajar
sebagai kebiasaan
Memiliki jadwal belajar itu bagus, yang terpenting
dari itu adalah meneptai kegiatan jadwal belajar itu sesuai waktu yang
ditetapkan dengan rutin dan menjadi kebiasaan. Misalnya, setiap malam jam 20.00
– 21.00 Wib. Nah, jika ini rutin dilakukan, maka kamu akan lebih fokus dan
menikmati proses belajar sebagai bagian dari jam tubuh kamu seperti juga makan
dan ibadah. Dampak dari semuanya, secara psikologis akan lebih tenang, fresh
dan percaya diri serta lebih produktif.
4. Memiliki tujuan khusus di
setiap kegiatan belajar
Tujuan khsusus dalam
setiap sesi belajar itu maksudnya agar saat mau belajar sudah siap mau
menyelesaikan problem apa, atau hendak memahami sesuatu yang dicari. Nah,
dengan demikian, cobalah kamu mengatur tujuan belajar yang kamu lakukan itu
setiap hari secara spesifik pada masalah yang telah disusun. Ini akan membantu
sekali pada keseluruhan topi pelajaran yang diajarkan di sekolah.
5. Sekali-kali jangan
menunda belajar
Kebanyakan pelajar (warga belajar) ada yang suka dan
tidak suka dalam mata pelajaran. Dampaknya, jika kamu tidak suka dengan
pelajaran tersebut akan mudah menunda belajar, dan lebih memilih kegiatan lain.
Nah, warga belajar yang berhasil, biasanya tidak pernah menunda sesi
belajar meski sibuk sekalipun. Jika kamu melakukan penundaan, maka masalah akan
bertumpuk-tumpuk dan ini menjadi penyebab kegagalan dalam belajar. Jadi,
sekali-kali jangan menunda belajar!
6. Dahulukan pelajaran yang
paling sulit
Karena pelajaran yang sulit butuh konsentrasi
tinggi, usaha dan mental pelajar, maka dahulukan dan jadikan perhatian yang
utama. Nah, jika kamu memulai dengan yang sulit-sulit, percaya atau tidak, ini
akan mengantarkan kamu menjadi pelajar yang meningkat dan sangat akan sangat
efektif bagi kelangsungan pembelajaran kamu.
7. Selalu mengulang
catatanmu sebelum mulai mengerjakan tugas
Pastikan kamu mengulang atau membaca terlebih dahulu
catatan yang dimiliki sebelum mengerjakan tugas. Karena itu, buatlah catatan
yang baik selama mengikuti pelajaran di kelas. Karena hal ini akan membantu
untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang harus diselesaikan. Jadi,
pastikan kamu tahu persis bagaimana mengerjakan tugas utama itu dengan benar.
8. Gangguan selama belajar.
Jangan biarkan ada
Hal yang bisa menenangkan itu perlu dicari. Karena
itu, carilah tempat belajar yang aman dari gangguan. Sebab, saat kamu
terganggu, maka ini akan mengganggu konsentrasi belajar dan ini sungguh
mengganggu beljar kamu.
9. Ikuti belajar kelompok
dengan efektif
Percaya atau tidak, belajar kelompok dengan efektif
akan membawa banyak keuntungan. Seperti mendapat bantuan teman, menyelesaikan
tugas dengan cepat, memahami konsep dengan tepat dan bisa berbagi pengetahuan
dengan teman-teman lainnya. Masih ingatkah pepatah, “Dua kepala lebih baik
daripada satu kepala?”. Jadi, gunakan pepatah ini untuk belajar. Lalu mana
kelompok belajar yang tidak efektif? yaitu mereka yang minim dari persiapan dan
strategi belajar.
10. Catat ulang setiap tugas,
dan materi setiap minggu terakhir
Ada pengalaman yang bagus dari kebiasaan para
pelajar yang sukses yaitu mereka selalu setiap akhir pekan mengulang
catatannya. Kenapa begitu? Karena dengan mengulang catatan setiap akhir minggu,
maka satu sisi dia lebih menguasai pelajaran selama seminggu, dan akan
mempersiapkan materi apa saja yang belum dikuasai pada minggu berikutnya
sehingga kamu akan lebih siap menerima konsep-konsep baru dalam pelajaran pada
minggu berikutnya.
11. Hindari Belajar Berlebihan
Ternyata sesuatu yang berlebihan tidaklah bagus,
begitu juga dalam belajar, seperti jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat
biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan
oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam /
begadang atau membuat contekan.Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat
waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi
kesehatan, terutama bagi anak-anak.
12. Jujur Dalam Mengerjakan
Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan
atau ujian, karena dengan mencontek dapat membuat sifat kita curang dan
pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi
terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk
menutupi kebohongan selanjutnya.
13. Disiplin Dalam Belajar
Kedisiplinan memang perlu diterapkan dalam belajar,
seperti disiplin waktu dan disiplin dalam berkonsentrasi pada pelajaran. Dengan
adaya sifat disiplin dalam diri Anda, dapat dipastikan pelajaran yang Anda
lakukan dapat efektif dan efisien.
14. Menjadi Aktif Bertanya dan
Ditanya
Ada pepatah Malu bertanya sesat di jalan, ternyata
pepatah ini benar, terlebih jika dalam pelajaran. Jika ada hal yang belum
jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya
biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan
jangan bersifat menguji orang yang kita tanya.
15. Belajar Dengan Serius dan
Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang
guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di
buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca
kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika
Anda sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan
soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban.
Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.[7]
Baca Juga : Makalah Permainan Bola Besar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor
eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial
diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
B.
Saran
Kita
sebagai calon guru professional harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi proses belajar anak. Hal tersebut dimaksudkan agar kita bias
memahami masalah belajar yang dimiliki anak, dan bias memberikan solusi
pemecahannya.
Selain
itu dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak guru
akan dapat memilih metode atau pendekatan yang dalam pelaksanaan pembelajaraan.
DAFTAR
PUSTAKA
Djali, Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Djamarah,
Bahri, Syaiful, Psikologi Belajar. Jakarta: CV Rineka Cipta. 2002
Hakim,
Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima. 2010
Mardianto. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009
Slameto, Belajar
dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003
Soemanto,
Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998
[2] Hakim, Lukmanul, Perencanaan
Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima. 2010. Hal 125
[3] Djali, Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hal 145
[4] Soemanto, Wasty, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998. Hal 93
[5] Slameto, Belajar
dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
Hal 113
[6] Mardianto. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009. Hal 130
[7] Slameto, Belajar
dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 .
hal 182
Tidak ada komentar:
Posting Komentar