BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman pertengahan yang diawali dengan runtuhnya Abbasiyah di Baghdad, akibat serangan tentara Mongol yang di pimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 hingga akhirnya kekuatan politik islam mengalami kemunduran yang sangat drastis. Namun tidak harus menunggu waktu yang cukup lama, kemudian keadaan politik islam secara keseluruhan berangsur membaik dan pulih bersamaan dengan munculnya tiga kerajaan besar yaitu: Kerajaan Turki Utsmani di Turki (1300-1922), Kerajaan Safawi di Persia (1501-1732), dan Kerajaan Moghul di India (1526-1857). Dari tiga kerajaan yang telah disebutkan paling lama berdirinya adalah Kerajaan Turki Utsmani.
Turki Usmani telah menunjukan kehebatannya dalam menghadapi serangan musuh, serangan-serangan perluasan yang dilakukannya langsung masuk kewilayah penting termasuk penaklukan konstantinopel, selain dari itu, Turki Usmani dianggap sebagai dinasti yang mampu menghimpun kembali umat islam setelah mengelami kemunduran ilmu pengetahuan dan politik. Munculnya kerajaan Turki Usmani, kembali menjadikan umat islam sebagai kekuatan yang solid. Perjalanan panjang sejarah dinasti Turki Usmani yang dipimpin oleh
beberapa pemimpin sehingga menghasilkan corak kepemimpinannya yang berbeda-beda, termasuk perbedaan dalam pengambilan kebijakan-kebijakannyayang terjadi pada waktu itu. Baik dalam bidang social, politik, pendidikan dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Turki Utsmaniyah?
2. Apa saja faktor-faktor yang mendorong kemajuan Daulah Turki Utsmaniyah?
3. Apa saja faktor-faktor yang mengakibatkan runtuhnya Daulah Turki Utsmaniyah?\
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah terjadinya Daulah Turki Utsmaniyah.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong kemajuan Daulah Turki Utsmaniyah.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mengakibatkan runtuhnya Daulah Turki Utsmaniyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya Daulah Turki Utsmaniyah
Dinasti turki berasal dari suku Qayigh Aghuz yang di pimpin oleh Sulaeman Syah. Upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha menguasai dunia Islam. Sulaeman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada Jalaludin (Dinasti Khawarizmi Syah) di Transoxiana. Jalaludin meminta agar Sulaeman dan anggota sukunya tinggal di Asia kecil. Masih dalam menghindari serangan Mongol. Kemudian mereka pindah ke Syam.[1]
Dalam jangka waktu kira kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Dibawah tekanan serangan serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri kedaerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah saudara saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, didaratan tinggi Asia Kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan atas jasa baik itu, Allaudin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[2]
Sejarawan mencatat bahwa Turki Utsmani berdiri tahun (1281 M) terletak di daerah Asia kecil. Pendirinya adalah Utsman bin Ethogral. Wilayah kekuasaannya meliputi: Asia kecil dan daerah Trace (1354 M), kemudian menguasai selat Dardanlese (1361 M), Casablanca (1389 M) selanjutnya kerajaan Turki menaklukan kerajaan-kerajaan Romawi (1453 M). Kata Utsman di ambil dari nama kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu Utsman bin Erthogrul bin Sulaeman syah dari suku Qayigh. Pasukan Erthogul memperoleh gelar “Muqaddimah Sultan”, sedangkan Erthogul sendiri digelari “Sultan OKI” (Kening Sultan).
Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Usman pada tahun 1300 M. Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan Allaudin II mati terbunuh. Sepeninggal Sultan Allaudin II, Saljuk terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil, dalam keadaan demikian, Utsman menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri, dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut juga dengan Usman I. Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padiansyah Ali Usman (Raja Besar keluarga Usman), tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia melakukan ekspansi ke daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Brosseca tahun 1317 M. Kemudian pada tahun 1326 M kota Brosseca dijadikan ibu kota kerajaan.[3]
Dan sejak itulah Turki Usmani menjadi sebuah dinasti Islam di Turki dengan mewarisi wilayah kekuasaan yang pernah ditaklukkan oleh dinasti Turki Saljuq dan penguasa pertamanya adalah Usman bin Erthogrul atau dikenal dengan Usman 1. Raja-raja Turki Usmani memiliki gelar sultan sekaligus khalifah dan mereka mendapatkan kekuasaan secara turun temurun. Dari sekian lamanya Turki Usmani berkuasa, yang diperkirakan kurang dari 625 tahun lamanya, ada empat puluh sultan yang bekuasa sebagai berikut:
1. Usman I 1281 M 21. Ibrahim 1640 M
2. Orkhan 1324 M 22. Muhammad IV 1648 M
3. Murad I 1360 23. Sulaiman II 1678 M
4. Bayazid I 1389 M 24. Ahmad II 1691 M
5. Muhammad I 1413 M 25. Musthafa II 1695 M
6. Murad II 1421 M 26. Ahmad III 1703 M
7. Muhammad II 1444 M 27. Mahmud I 1730 M
8. Murad II (menjabat 29. Musthafa III 1757 M
yang kedua kalinya) 1446 M 28. Usman III 1754 M
9. Muhammad II (menjabat 31. Salim III 1789 M
ketiga kalinya) 1451 M 30. Abdul Hamid I 1774 M
10.Bayazid II 1481 M 32. Musthafa IV 1807 M
11.Salim I 1512 M 33. Mahmud II 1808 M
12.Sulaiman I 1520 M 34. Abdul Majid I 1839 M
13.Salim II 1566 M 35. Abdul Azis 1861 M
14.Murad III 1574 M 36. Murad V 1876 M
15.Muhammad III 1594 M 37. Abdul Hamid II 1876 M
16.Ahmad I 1603 M 38. Muhammad Rasyid 1909 M
17.Musthafa I 1617 M 39. Muhammad VI Wahid al-Din 1918 M
18.Usman II 1618 M 40. Abdul Majid II 1922 M
19.Musthafa I (menjabat kedua kalinya) 1622 M
20.Murad IV 1623 M [4]
Perluasan islam pada masa kerajaan usman semakin meluas, dari semenanjung Balkan (Negeri-negeri Eropa Timur), kemudian kerajaan Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah timur, sehingga dalam waktu singkat, seluruh Persia dan irak yang dikuasai kerajaan Safawiyah yang beraliran syi’ah dapat direbut.[5] Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga, pada tahun 1516 M/ 923 H. Kerajaan Usman memegang kendali dunia islam,
dengan pusat pemerintahannya di Istanbul.
Pada periode ini, terlihat terbentuknya pemerintahan Formal Utsmaniyah, yang bentuk intuisi tersebut tidak berubah selama empat abad. Kemudian pemerintah utsmaniyah mengembangkan suatu system yang dikenal dengan sebutan yang bernama Millet (berasal dari Bahasa Arab yang berarti Millah), yang mana kelompok agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat.[6] Setelah usman meninggal, selanjutnya digantikan oleh Orkhan (726 H/ 1326 M. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Turki Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M), daerah ini adalah adalah bagian Benua Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.
Faktor penting yang mendukung atas keberhasilan dalam melakukan ekspansi adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimanapun berada. Kemajuan ekspansi pada masa awal Turki Usmani sempat
menimbulkan kecemasan bangsa-bangsa Eropa sehingga mereka belakangan mengerahkan kembali pasukan salib. Pada tahun 1396 kekuatan Eropa yang dipimpin oleh pasukan Usmani dalam peperangan di Nicopolis dan kota Vinecia yang diduduki oleh pasukan Usmani. Pada
tahun 1444 M Uskup gereja bersamaan dengan persekutuan militer yang digerakkan oleh raja polandia, Hungaria, Naples, Transylvania, Serbia,Vinecia, dan Genoa melancarkan serangan pasukan salib yang kesekian kalinya. Serangan mereka dapat dipatahkan di dalam peperangan di Varna. Kekalahan demi kekalahan Eropa ini menyebabkan tidak tersisanya kekuatan Eropa sehingga mereka tidak mampu menahan serangan pasukan muslim terhadap konstantinopel ditahun 1453 M. Dengan keberhasilan penaklukan Konstantinopel ini, seluruh ambisi umat Islam untuk menundukkan imperium Romawi tercapailah sudah.[7]
Setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I, yang berkuasa pada tahun (761 H/ 1359 M-789 H-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian dijadikannya ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh utara bagian yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh sijisman, raja Hongaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murod I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama, ketika ekspansi di arahkan ke Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk, melakukan serangan ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M dan kesultanan mongol terpecah-pecah, Turki Usmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M) sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada Masa Muhammad II atau biasa disebut Muhamad al-fatih (1451 M). gelar ini disandangnya setelah berhasil menaklukan benteng Konstantinopel dan diganti namanya menjadi Istambul yang asal katanya Islambul (artinya Tahta Islam). Yang pada saat ini
sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium.[8]
B. Faktor-faktor pendorong kemajuan Daulah Turki Utsmaniyah
Akulturasi buday pada masa Turki Utsmani ini menjadi penyebab kemajuan Dinasti Turki Utsmani. Dimana keseluruhan kebudayaan turki merupakan percampuran dari berbagai macam elemen yang berbeda-beda.dari bidang persia, yang berhubungan dengan oran Turki bahkan sebelum mereka bermigrasi ke Asia Barat, lahirlah corak-corak yang artistik, pola-pola yang indah, serta ide-ide politik yang mengangkat keagungan raja. Warisan-warisan kebudayaan Asia tengah yang nomaden, bisa disebut diantaranya kebiasaaan mereka untuk berperang dan menaklukkan, serta kecendrungan untuk berasimilasi.
Maka kemajuan-kemajuan pada daulah turki utsmani dapat dipetakkan menjadi beberapa hal, diantaranya yaitu:
a) Pengelolaan dalam bidang pemerintahan dan reorganisasi militer
Penataan administrasi pemerintahan Turki Utsmani secara umum baru di mulai pada masa Sultan Muhammad Fatih. Administrasi pemerintahan Turki Utsmani secara komprehensif terbagi menjadi pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, dan pemerintahan lokal. Selanjutnya dibidang militer juga merupakan salah satu prestasi kemajuan yang terbesar dari kerajaan Turki Utsmani. Kekuatan militer kerajaan Turki Utsmani terdiri atas pasukan feodal, yenisseri, korps-korps khusus, dan pasukan pembantu dari angkatan darat dan laut. Kerajaan Turki Utsmani sejak berdirinya dan khususnya sejak masa Muhammad Al-fatih merupakan kekuatan militer yang tangguh dan baik di dunia sampai akhir abad ke-17.
b) Kemajuan dalam bidang perekonomian
Daerah kekuasaan yang luas memungkinkan kerajaan turki utsmani membangun perekonomian kuat dan maju. Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting yang menjadi pusat perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannya. Daerah-daerah yang di taklukkan menjadi sumber perekonomian kerajaan Turki Utsmani. Hal ini di sebabkan dalam setiap keberhasilan kerajaan mendapatkan rampasan perang, jizyah, dan pajak sesudahnya. Begitu pula dengan dikuasai kota-kota dangang dan jalur perdagangan dilaut dan didarat memungkinkan pula kerajaan memacu kemajuan ekonominya melalui perdagangan.[9]
c) Kemajuan dalam bidang ilmu dan budaya
Dalam wilayah Turki Utsmani muncul tokoh-tokoh penting dalam bidang kebudayaan, seperti pada abad-abad ke-16, 17, dan 18. Aliran yang di dirikan oleh Baki dan Fuzuli pada abad ke-17, menekankan tradisi yang berbeda yang didasarkan pengaruh persia dan terutama turki. Hasilnya ialah mundurnya gaya romantik menshevi, yang hanya terbatas pada karya-karya singkat dari etika, berisi anekdot, sedangkan kaside turki menjadi alat yang menonjol dari ekspresi puisi.
Kesungguhan usaha Kerajaan Turki Utsmani dalam kegiatan ilmu dan budaya hanya terlihat dalam bidang hukum dan kebudayaan turki. Dalam bidang hukum dia berhasil mengangkat syari’at islam pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan oleh negara-negara islam lainnya. Bahkan, dalam arti tertentu negara islam pertama yang mencoba pertama yang mencoba mengangkat syari’at islam sebagai hukumefektif bagi negara dalam aspek kehidupan. Hal ini bisa dilihat pada masa sultan Muhammad Al-fatih sisusunlah buku Qanun Usmane oleh kerajaan. Buku ini tidak hanya berisi perundang-undangan legislatif, tetapi juga berisi himpunan peraturan dan praktik hukum lainnya. Pada masa Sulaeman Al-qanuni disusun pula buku Multaqa Al-Abhur, buku yang terkenal dalam bidang hukum yang membuat sultan sulaeman digelari al-qanuni. Buku ini menjadi standar bagi Kerajaan Turki Utsmani di bidang hukum sampai akhir abad ke-19M.
Sementara dalam bidang arsitektur, khususnya pada masa sultan sulaeman al-qanuni, dia menyempurnakan dalam memperindah ibu kota, serta kota-kota lainnya dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, jembatan trowongan, jalur kereta dan pemandian umum. Seorang arsitek kepercayaan kerajaan yang mengubah wajah kerajaan Turki Utsmani menjadi indah adalah seorang muallaf bernama Sinan. Karya agung nya adalah masjid Sulaimaniyah. Kebekuan kegiatan ilmu dan pemikiran tersebut disebabkan oleh tertutupnya pintu ijtihad. Para ulama’ masih menutup pintu ijtihad dan kegiatan penyelidikan ilmiah. Mereka sama sekali tidak tertarik untuk mengadakan ijtihad dan melakukan penyelidikan ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan baru. Bahkan mereka menolak segala pemikiran baru. Padahal mereka adalah seorang yang sangat berwenang dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan pengajaran. Keadaan ini berlangsung sampai permulaan abad ke-19M.
Jadi, kemajuan yang dicapai Turki Utsmani hanya dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya. Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan persia, bizantium, dan arab. Kebudayaan persia telah banyak menanamkan ajaran-ajaran etika dan tatakrama dalam istana. Sedangkan dari budaya bizantium menghasilkan kemajuan dalam aspek keorganisasian, kemiliteran, dan pemerintahan. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka mendapatkan ajaran tentang ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
C. Faktor-faktor kemunduran atau runtuhnya Daulah Turki Utsmani
Setelah beberapa abad kerajaan Turki Utsmani memberikan sumbangsih sejarah sebagai kerajaan Islam yang cukup besar wilayahnya yang pernah menguasai sebagian belahan dunia setelah Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah, Kerajaan ini mengalami
banyak sekali kemunduran dalam segala bidang. Baik dalam hal ekonomi, kebudayaan, bahkan militer. Kemunduran Kerajaan turki Utsmani mulai tampak setelah meninggalnya Sultan Sulaiman alQanuni tahun 974H/1566M. Karena Kerajaan Turki adalah kerajaan
besar maka kemunduran ini tidak terjadi cepat namun perlahan tapi pasti.[10]
Beberapa sebab kemunduran tersebut karena :
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas, administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Utsmani tidak beres. Dipihak lain penguasa sangat berambisi
menguasai wilayah yang sangat luas sehingga mereka terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.
2. Heterogenitas penduduk, sebagai kerajaan besar Turki Usmani menguasai wilayah yang amat luas mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; di Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,
Albania, Hongaria; di Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintah yang teratur.
3. Kelemahan para penguasa, sepeninggal sulaiman Al –Qanuni kerajaan Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna bahkan semakin lama semakin semakin parah.
4. Budaya pungli, pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan utsmani. Setiap jabatan hendak diraih oleh seseorang harus di bayar dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenissari, kemajuan ekspansi kerajaan utsmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M,1632 M, 1727 M, dean 1826 M.
6. Merosotnya ekonomi, akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja negara sangat besar termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi kerajaan Utsmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup mengahadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Sedangkan Syafiq Mughni memaparkan bahwa kemunduran Turki pada abad ke XVII terjadi karena kemerosotan kondisi sosialekonomi dengan 3 sebab: pertama, ledakan jumlah penduduk. Perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Penduduk Turki bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Kedua, lemahnya Perekonomian dalam Negeri. Kebijakan perekonomian dalam negeri Turki dihadapkan pada kebijakan perekonomian baru yang didengungkan negara-negara Eropa membuat perekonomian turki semakin terpuruk dan ditinggal relasinya. Ketiga, munculnya Kekuatan Eropa. Munculnya kekuatan Politik baru di daratan Eropa dapat dianggap secara umum sebagai faktor yang mempercepat keruntuhan kerajaan Turki Uthmani. Munculnya kekuatan-kekuatan baru tersebut disebabkan beberapa penemuan dalam teknologi di Eropa yang memacu bangkitnya kekuatan baru di bidang ekonomi maupun militer. Hal ini tidak hanya merubah format hidup masyarakat Islam tetapi juga keseluruhan umat manusia.[11]
Turki Utsmani yang berabad-abad menjadi sebuah kerajaan besar dengan peradaban yang yang cukup tinggi memadukan budaya budaya besar Persi, Eropa dan Arab. Dengan berjalannya waktu kerajaan Turki Utsmani mengalami kemunduran sejak abad ke XVII Masehi berangsur-angsur daerah kekuasaannya terlepas atau direbut bangsa lain. Sebagai puncaknya pada abad XX tepatnya Tahun 1923 Kerajaan Turki Utsmani runtuh, kekhalifahannya dihapuskan dan diganti dengan Negara Republik. Meski demikian nama negara tersebut masih menggunakan nama Turki karena nasionalisme mereka sebagai bangsa Turki.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Turki Usmani adalah sebuah dinasti Islam yang mewarisi wilayah kekuasaan yang pernah ditaklukkan oleh dinasti Saljuq dan penguasa pertamanya adalah Usman bin Erthogrul. Pada masa kepemimpinan Erthogrul sampai pada masa kepemimpinan Orkhan menjadikan Turki sebagai negara yang berdasarkan sistem dan prinsip kemiliteran. Semula kerajaan Usmani hanyalah sebuah kerajaan yang kecil, namun pada akhirnya menjadi sebuah kerajaan yang besar karena mengadakan ekspansi terhadap wilayah-wilayah yang disekitarnya. Kehidupan keagamaan dalam kerajaan Turki Usmani adalah sangat
diperhatikan, di mana ia terikat dengan syariat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok,Jaih. “Sejarah Peradaban Islam” (Bandung:Pustaka Bani Quraisy, 2004)
Yatim,Badri. “Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II)” (Bandung:PT Raja Grapindo Persada, 2000)
Mukarom. “pendidikan islam pada masa kerajaan Turki Utsmani 1300-1922M.” Jurnal tarbiya (2015)
Alaudin.”pendidikan islam masa tiga kerajaan islam(syafawi,turki, dan mughal).” Jurnal ulul albab(2012)
[1] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung:Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm.113.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Bandung:PT Raja Grapindo Persada
2000), hlm.129.
[3] Mukarom, pendidikan islam pada masa kerajaan Turki Utsmani 1300-1922M. Jurnal tarbiya (2015):112, diakses 15 november 2018.
[4] Alaudin, PENDIDIKAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN ISLAM(SYAFAWI,TURKI USMANI DAN MUGHAL). Jurnal ulul albab(2012):99. Diakses 15 november 2018.
[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm 247.
[6] Mukarom, pendidikan islam pada masa kerajaan Turki Utsmani 1300-1922M. Jurnal tarbiya (2015):113, diakses 15 november 2018.
[7] Alaudin, PENDIDIKAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN ISLAM(SYAFAWI,TURKI USMANI DAN MUGHAL). Jurnal ulul albab(2012):101. Diakses 15 november 2018.
[8] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspek, (Jakarta. UI Press, 1985), hlm 84.
[9] Anis Jamil Mahdi, Dinasti Turki Utsmani(kejayaan dan faktor yang melatar belakangi keruntuhan dinasti tuki utsmani), diakses 17 November 2018. http://watawasoubilhaqqi.blogspot.com/2017/11/dinasti-turki-usmani-kejayaan-dan.html.
[10] Bisri Djalil, kemunduran dan perkembangan politik turki utsmani. Jurnal lentera(2017):203. Diakses pada 19 November 2018.
[11] Syafiq Mughni, Sejarah Kebudayaan,.103-112
[12] Bisri Djalil, kemunduran dan perkembangan politik turki utsmani. Jurnal lentera(2017):210. Diakses pada 19 November 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar