MAKALAH
PENGERTIAN FILSAFAT
Dosen Pengampu : Marifatul Adawiyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Cece Atlama Putri
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
MAMBA’UL ULUM KOTA JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berisi tentang” Pengertian Filsafat” tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki masih terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami ini.
Jambi, April 2020
` Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat............................................................................................ 3
B. Objek Materi Filsafat dan Objek Formal Filsafat........................................ .... 4
C. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat............................................................................... 4
D. Cabang-Cabang Filsafat.............................................................................. .... 6
E. Metode-Metode Filsafat................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat/filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
Menetapkan suatu definisi nampaknya sulit untuk dilakukan. kenapa? Persoalannya bukan terletak pada soal bagaimana untuk mengemukakan definisi itu, melainkan soal mengerti atau tidaknya orang menerima definisi tersebut. Ini adalah persoalan yang tidak bias dianggap sepele. Demikian juga filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasanyang benar(pasti) tentang katqa filsafat. Buktinya para filsuf selalu berbeda-beda dalam medefinisikan filsafat.
Layaknya seperti ilmu pengetahuan, filsafat juga mempunyai metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat. Selain itu filsafat juga mempunyai obyek dan sistematika/struktur. Tidak kalah pentingnya dengan cabang ilmu pengetahua, filsafat juga mempunyai manfaat dalam mempelajarinya.
R. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Filsafat
2. Bagaimana Objek Materi Filsafat dan Objek Formal Filsafat
3. Bagaimana Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
4. Bagaimana Cabang-Cabang Filsafat
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Filsafat
2. Untuk Mengetahui Objek Materi Filsafat dan Objek Formal Filsafat
3. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
4. Untuk Mengetahui Cabang-Cabang Filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.[1]
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi tersebut :
1. Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3. Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Jadi, filsafat ialah daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia.
B. Objek Materi Filsafat dan Objek Formal Filsafat
1. Objek Materi Filsafat
Adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada yang meliputi segala sesuatu yang konkrit seperti manusia,benda,binatang,dan lain-lain maupun yang bersifat abstrak. Tentang objek materi ini banyak yang sama dengan objek materi sains, bedanya ialah dalam dua hal pertama: sains menyelidiki hal yang empiris, filsafat menyelidiki objek itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yabg abstrak. Kedua:ada objek materi filsafat yang tidak diteliti oleh sains seperti Tuhan,hari akhir, yaitu objek materi yang untuk selama-lamanya tida empiris jadi objek materi filsafat lebih luas dari objek materi sains.
2. Objek Formal Filsafat
Cara memandang seorang peneliti terhadap objek materi tertentu. Suatu objek materi tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda, yang mana objek formal filsafat ialah penyelidikan yang mendalam artinya ingin taunya filsafat ingin tau bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karea ia hanya ingin tau sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris.sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak dapat diriset tetapi dapat dipilarkan secara logis jadi sains menyelidiki dengan riset sedangkan filsafat menyelidiki dengan pemikiran.[2]
C. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
Semua manusia hidup yang normal senantiasa ditandai dengan kegiatan yang khas yaitu berfikir.kegiatan berfikir inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain,namun tiidak semua kegiatan berfikir disebut dengan kegiatan berfilsafat.demikian juga kegiatan secara kefilsafatan bukan hanya merenung atau kontenplasi belakang yang tdak ada sangkut mautnya dengan realitas,namun berfikir secara kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan masalah manusia dan bersifat aktual dan hakiki.
Maka suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berfikir kritis
Suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat kritis yaitu senantiasa mempertannyakaan segala sesuatu,problem-problem, atau hal-hal yang lain.sifat kritis ini juga mengawali perkembanggan ilmu pengetahuan modern.
2. Bersifat konseptual
Berfikir secara konseptual. Yaitu mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatanbebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, melainkan bersangkutan dengan pemikiran.
3. Kohereh (runtun)
Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut.
4. Bersifat menyeluruh (komprehensif)
Berfikir secara komprehensif (menyeluruh). Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan
5. Bersifat universal
Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
6. Bersifat terdalam
Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
7. Bersifat sistematis
Sistematik artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu
8. Bertanggungjawab
Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
D. Cabang-Cabang Filsafat
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik kita harus mempelajari ccabang-cabang filsafat :
1. Metafisika
Metafisika berasal dari bahasa yunani meta ta phisika yang berarti hal-hal yang berada sesuda fisika istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai ilmu tentangsegala sesuatu secara mendalam atau sifat yang terdalam dari suatu kenyataan .dibandingkan dengan ilmu fisika yaitu yang mempelajari gejala-gejala fisik ilmu biologi yang mempelajari fisis dan makhluk hidup. Maka metafisika mempelajari dan membahas tentang keberadaan segala sesuat benda fisis dari segi hakikatnya yang terdalam yang memuat suatu bagian dari prsoalan dari filsafat yang:
a. Membicarakan tentang prnsip-prinsip yang paling universal
b. Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan
c. Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda,hakikat perubahan,pengertian tentang kemerdekaan,wujud tuhan,kehidupan setelah mati dan lain-lain.
2. Epistemologi
Epistermologi berasal dari bahasa yunani epistermo (pengetahuan) secara umum epistermologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang sumber-sumber,karakteristik dan kebenaran pengetahuan temtang 3 persoalan pokok dalam epistermologi yaitu:
a. Problem asal pengetahuan (orgin)
Apakah sumber-sumber pengetahuan?dari manakah pengetahuan yang benar itu datang?
b. Problem penampilan (appearance)
Apakah yang menjadi karakteristik dari pengetahuan ? apakah dunia yag riil di luar akal dan kalau ada dapatkah kita mengetahuinya?
c. Problem mencoba kebenaran (virification)
Apakah pengetahuan itu benar? bagaimana kita membedakan antara kebenaran dan kekeliruan?
3. Logika
Adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari segenap asa,aturan dan tata cara penalaran yang benar.pada mulanya logika sebagai pengetahuan rasional.logika pada hakikatnya mempelajari teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu bahan-bahan tertentu.oleh Aristoteles logika disebutnya sebagai analitik yang kemudian dikembangkan oleh para ahli abad tengah yang disebut logika tradisional.mulai abad ke-19 George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi logika moderen ,sehingga dewasa ini logika menjadi bidang pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi-lagi semata bersifat falsafati tetapi bercorak teknis dan ilmiah.
4. Etika
Etika/prilaku filsafat sebagai suatu cabang filsafat yang membicarakan tindakan manusia dengan penekan baik dan buruk.terdapat dua permasalahan, yaitu yang menyangkut tindakan dan baik-buruk.apabila permasalahan jatuhh pada tindakan maka etika disebut sebagai “filsafat praktis” sedangkan jatuh pada baik-buruk maka etika disebut “filsafat normatif”.
Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai baik-buruk dalam tindkan mempunyai persoalan yang luas.sejalan dengan ini etika berbeda dengan agama yang didalamnya juga memuat dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan manusia.karena etika mengandalkan pada rasio semata yang lepas dari sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi dan etika lebih cenderung bersifat analitis dari pada praktis.sehingga etika adalah ilmu yang berkerja secara rasional.
5. Metodologi
Metodologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang metode terutama dalam kaitannya dengan metode ilmiah. Hal ini sangat penting dalam ilmu pengetahuan terutama dalam proses pengembangannya.misalmnya metode ilmiah dalam ilmu sejarah,dalam ilmu sosiologi,dalam ilmu ekonomi dan lain sebagainya.
6. Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang keindahan estetika.kata estetika berasal dari bahasa yunani aesthetikaos yang artinya bertalian dengan pencerapan (pengginderaan) .
E. Metode-Metode Filsafat
Metode yang digunakan memecahkan problem-problem filsafat, berbeda dengan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:
1. Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode.
Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.
2. Metode Histories
Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.
3. Metode Kritis
Metode ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana. Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf lain. Jadi, jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikanpengertian cinta kebijaksanaan.
Secara terminologis, filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Gee, The Liang. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar