MAKALAH
FIQIH MUAMALAH
SYARIKAT
Dosen Pengampu : Dr. A. Bima Risyta AF. M.Sy
Disusun Oleh :
1. Sugianto
2. Nursya dewi
3. Meli RF
4. Adhe Lesmana
HUKUM EKONOMI SYARIAH
STIT MAMBA’UL ULUM KOTA JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berisi tentang” Syarikat”tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki masih terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami ini.
Jambi, Oktober 2020
` Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Syarikat Islam............................................................................................... 3
B. Tokoh Sarekat Islam..................................................................................... 1 2
C. Prinsip Dasar Sarekat Islam.......................................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Pegerakan nasional adalah perjuangan yang mengikutsertakan seluruh rakyat Indonesia. Latar belakang timbulnya pergerakan nasional adalah rasa senasib dan sepenanggungan, penderitaan rakyat akibat penjajahan, rakyat yang tidak mempunyi tempat untuk mengadu nasib, adanya golongan terpelajar yang sadar akan perjuangan, dan kemenangan jepang melawan rusia pada tahun 1905.
Nasionalisme Indonesia dimulai sebenarnya dengan nasionalisme “Islam”. Katanya lagi, “Sesuatu gerakan yang penting di Indonesia mulanya adalah gerakan orang-orang Islam. Mereka yang bergerak di bawah panji-panji yang bukan Islam kebanyakannya terdiri dari mereka yang telah meninggalkan tempat buaian mereka semula, tempat mereka mula-mula sekali mengecap asam garam pergerakan.
Contoh-contoh pergerakan yang kami bahas dalam makalah ini adalah Syarikat Islam dan Young Islamiten Bond. Ke dua pergerakan ini memiliki latar belakang yang cukup berbeda dari segi kemunculannya, namun hasil yang dicapai oleh gerakan-gerakan ini sangat mengesankan.
Umat Islam menduduki peran utama dalam gerakan politik dan militer. Semua perang yang terjadi bersukma dari seruan jihad, perang suci. Sewaktu Pangeran Diponegoro–pemimpin Perang Jawa–memanggil sukarelawan, maka kebanyakan mereka yang tergugah adalah para ulama dan ustadz dari pelosok desa. Pemberontakan petani menentang penindasan yang berlangsung terus-menerus sepanjang abad ke-19 selalu di bawah bendera Islam. Tindakan ini menyebabkan ia lebih dicintai dan dihormati rakyatnya.
Dari sinilah perlu kiranya kita untuk mengupas lebih mendalam mengenai peran penting umat Islam dalam memerdekan Indonesia untuk terlepas dari cengkraman pada masa penjajahan. Bentuk sumbangsih umat Islam sangat banyak, mulai dari membentuk berbagai gerakan berlandaskan panji Islam seperti Syarikat Islam dan Young Islamiten Bond, hingga turut berperang untuk mengusir penjajah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman sejarah berdirinya Syarikat Islam ?
2. Bagaimana perkembangan Syarikat Islam ?
3. Bagaimana kemunduran Syarikat Islam?
4. Siapa tokoh syarikat islam?
5. Bagaimana prinsip dasar syarikat islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Syarikat Islam.
2. Untuk mengetahui perkembangan Syarikat Islam.
3. Untuk mengetahui kemunduran Syarikat Islam.
4 Untuk mengetahui tokoh syarikat islam.
5. Untuk mengetahui prinsip dasar syarikat islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarikat Islam
1. Sejarah Berdirinya Syarikat Islam
Syrikat Islam didirikan disolo pada tahun 1911, tiga tahun setelah berdirinya organisasi Budi Utomo. latar belakang ekonomis dari organisasi ini sebagai tanggapan (perlawanan) terhadap perdagangan (penyalur) oleh orang cina. Peristiwa itu merupakan isyarat bagi orang muslim bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan eksistensinya. Oleh karena itu, para pendiri syarikat Islam mendirikan organisasi ini bukan semata-mata untuk mengadakan perlawanan terhadap orang-orang cina, tetapi juga untuk membuat fron melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putra.[1]
Dibandingkan dengan Organisasi Budi Utomo, Syarikat Islam lebih berhasil sampai lapisan bawah masyarakat dimana lapisan tersebut selama berabad-abad hampir tidak mengalami perubahan dan paling banyak menderita. Mula-mula nama organisasi ini adalah serikat dangang Islam (SDI) dibawah pimpinan H. Samanhudi. Kemudian namanya diganti menjadi serikat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto.
Tujuan organisasi ini sebagai mana tercantum dalam anggaran dasarnya ialah untuk mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderuita kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putra, dan menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
Peragantian nama dari Serikat Dagang Islam ( SDI) menjadi Serikat Islam (SI) dilakukan ketika kepemimpinan H.O.S. Cokroaminoto. ia diserahi untuk memimpin organisasi ini pada tanggal 1912. Ia berusaha melebarkan sayapnya agar lebih luas dengan menukar nama SDI menjadi SI. Akhirnya Serikat Islam dibawah pimpinan Cokroaminoto memperoleh kemajuan yang gilang gemilang dan anggotanya banyak tersebar diseluruh Indonesia.
Serikat Islam pada tanggal 26 januari 1913 mengadakan kongres yang pertama di Surabaya dengan dihadiri oleh puluhan ribu rakyat pendukungnya. Kongres tersebut oleh Cokroaminoto digunakan untuk menghidupkan semangat rakyat Indonesia dan Serikat Islam sebagai pembimbing dan pembawa semangat baru bagi pergerakan rakyat. Sebab itulah serikat Islam lebih maju perjuanganya karena lebih mengutamakan rakyat jelata.
2. Perkembangan Syarikat Islam
Pada awal kemunculnya organisasi ini banyak berwujud perdagangan dan tidak berisikan muatan politik, maka selanjutnya atas usaha yang dilakukan oleh Cokroaminoto, telah menjadi satu partai politik yangbesar dan berpengaruh. Dan selanjutnya, Serikat Islam menjadi partai politik tertua di Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat berkembang adalah:
1) Kesadaran sebagai bangsa yang mulai tumbuh,
2) Sifatnya kerakyatan,
3) Didasari agama Islam,
4) Persaingan dalam perdagangan, dan
5) Digerakkan para ulama.
Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, Cokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Pada tahun 1914 juga berdiri organisasi berpaham sosialis yang didirikan oleh Sneevlit, yaitu ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging). Namun organisasi yang didirikan orang Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati rakyat, oleh karena itu diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat Islam yang akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
Pada Kongres Sarekat Islam ke 7 Tahun 1921 di Madiun SI mengubah namanya menjadi PSI (Partai Sarekat Islam). Tahun 1921, Sarekat Islam pecah menjadi dua ketika cabang SI yang mendapat pengaruh komunis yaitu golongan kiri (paham Marx) dapat disingkirkan, lalu menamakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat (SR) atau Sarekat Islam Merah yang merupakan organisasi dibawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI) dipimpin oleh Semaun sedangkan Sarekat Islam Putih dipimpin oleh Cokroaminoto dengan anggotanya yaitu SI awal. Sejak itu, SI dan SR berusaha untuk mencari dukungan dari massa dan keduanya cukup berhasil.[2]
Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan struktur partai yang kuat bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Tahun 1928 dan 1929 PSI merasa khawatir atas dominasi Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dalam dunia politik dan PSI tidak mampu mencegah kemundurannya secara pelan-pelan.
Menanggapi kritik itu, maka PSI mengancam akan keluar dari PPPKI. Kemudian salah satu keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia). Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan Negara Kesatuan Indonesia.
Dalam usahanya untuk mengangkat derajat rakyat, partai Serikat Islam Indonesia (PSII) mengambil tiga arah sebagai dasar perjuanganya yang masing-masing berdasarkan kepada agama Islam. Dasar yang dimaksud ialah dasar sosial ekonomi, dasar politis, dan dasr kultural. Dalam Serikat Islam terdapat anggota yang memiliki bermacam-macam ideology (Islam, Sosial, Komunitas, Barjuis, dan lain-lain) bercampur aduk. Yang menjadi motif penggemblengan dalam serikat Islam pada waktu itu ialah menuju kearah yang sama, yaitu kesadaran kebangsaan dan kesadaran bernegara.
Usaha dan jasa Cokroaminoto dalam memimpin serikat Islam ialah:
1) Mengangkat kaum bumiputra menjadi manusia yang sejati dan terhormat. Sebelumnya, para pelajar sekolah dokter jawa dan rakyat biasa tidak boleh memakai sepatu dan topi, bahkan tidak boleh memakai setelan (baju jas dan pantalonn sperti orang belanda). Atas usaha Cokroaminoto, hal itu diubah.
2) Mengajarkan dan memajukan rakyat dalam soal politik. Waktu itu rakyat dilarang membicarakan politik. Atas usahnya maka rakyat boleh campur tangan dalam masalah politik.
3) Berusaha mempersatukan umat Islam Indonesia dengan berkali-kali mengadakan kongres Al-Islam. Dalam kongres V di Bandung tahun 1929 diputuskan untuk mengirimkan dua orang utusan ke Mukhtamar Alam Islam di mekah yang diwakili oleh Cokroaminoto dan K.H Mas Mansur. Dengan demikian, umat Islam di Indonesia dapat mengadakan hubungan dengan umat Islam dunia.
4) Membela dan mempertahankan kesucian agma Islam dari penghinaan dan caci maki yang dilontarkan kepad Islam dan diri Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu banyak penginaan dan cacian yang dilontarkan kepada Islam, lalu Cokroaminoto mengerakan umat Islam untuk bangkit dan berdiri dalam mempertahankan kesucian agma Islam.
5) Menerbitkan surat kabar Utusan Hindia yang berisikan keluh ksah rakyat serta hantaman kepada surat kabar yang berisi hinaan terhadap bangsa Indonesia.
6) Mengeluarkan buku yang berjudul Islam dan Sosialisme yang menerangkan perkara sosialisme aala Islam menurut teori dan praktek. Disamping itu, buku ini juga membendung progpaganda sosialisme ala karl mark
7) Pada tahun 1929, Cokroaminoto berasama H. Agus Salim menerbitkan harian Fajar Asia, majalah Al-jihad untuk menolak serangan dan cacian terhadap kesucian agama Islam dan sebagai spirit untuk membangunkan umat Islam.
3. Kemunduran PSII
Bulan Juli dan Agustus 1929 hubungan PSII dengan golongan nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota PPPKI. Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap keyakinan PSII. Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember 1929 (tidak menunggu kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI. Alasannya yaitu karena Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang memperbolehkan keanggotaan bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya. Juga alasan lainnya karena kelompok studi umum di Surabaya kurang menghormati agama Islam, perkumpulan-perkumpulan lain anggota PPPKI selalu bertengkar karena perkumpulan-perkumpulan itu menentang poligami sehingga PSII pecah menjadi beberapa partai kecil dan PSII selanjutnya menjalin hubungan yang lebih erat dengan organisasi islam lainnya.
Perselisihan antara anggota pengurus besar partai yaitu Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII. Maka tahun 1933 Dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari PSII. Pertengahan bulan Mei 1933 berdiri partai baru di Yogyakarta bernama Partai Islam Indonesia (Parii). Partai ini bertujuan ke arah harmonis dari nusa bangsa atas dasar agama islam dan pada waktu itu Parii dipimpin oleh Dr. Sukiman namun partai ini berumur pendek. Tahun 1935 Cokroaminoto meninggal dunia, dan muncul suara-suara bahwa Parii mau bergabung lagi dengan PSII. Namun, untuk bergabung kembali masih ada halangan karena H.Agus Salim menjadi ketua PSII menggantikan Cokroaminoto.
Perselisihan dalam partai terus bertambah. H.Agus Salim menghendaki agar PSII bekerjasama dengan pemerintah yang sebelumnya PSII bersikap nonkooperasi yang menyebabkan PSII dibatasi geraknya. Sehingga tanggal 7 Maret 1935 H.Agus Salim mengusulkan agar PSII membuang sikap nonkooperasi. Hal tersebut mengakibatkan perpecahan dalam pimpinan PSII.
H.Agus Salim terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Partai. Lawan-lawannya yaitu Abikusno Cokrosuyoso dan S.M.Kartosuwiryo. Pada kongres tahun 1936 (8-12 Juli). Abikusno terpilih sebagai formatur, akibatnya pengurus terdiri atas orang-orang yang anti kepada H.Agus Salim. Sehingga membuat H.Agus Salim memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan Partai. Namun, dia tetap berjanji untuk menyumbangkan segenap tenaganya untuk tetap bekerja demi kepentingan umat Islam Indonesia.
Untuk melanjutkan cita-citanya itu, tanggal 28 November 1936 di Jakarta dibentuklah golongan yang pro kepada H.Agus Salim yaitu suatu komite oposisi (sebuah komite yang mau bekerjasama dengan pemerintahan kolonial). Komite itu bernama Barisan Penyadar PSII yang dipimpin oleh Muhammad Rum. Tujuannya adalah ingin menyadarkan PSII bahwa zaman ini sudah berubah. Komite itu dengan tegas membantah sikap nonkooperasi PSII dan mereka sendiri menempuh politik kooperasi. Pada tanggal 13 Februari PSII memecat kaum oposisi dengan alasan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan hukum dan sumpah partai yang membuat 29 tokoh terkemuka PSII dipecat termasuklah H.Agus Salim.
Selanjutnya kongres ke 23 di Bandung yang diadakan tanggal 19-25 Juli 1937 antara lain memutuskan mencabut pemecatan atas anggota yang telah dikeluarkan dari PSII. Mereka diberi kesempatan untuk kembali ke PSII. Maka, pada 17 September 1937 PSII bersatu kembali dengan partai asal. Mereka yang kembali bergabung ke PSII yaitu Dr.Sukiman, Wali Al-Fatah dan lainnya.
Namun perdamaian dengan golongan ini (Dr.Sukiman) tidak berlangsung lama. Setelah kongres di Suabaya mereka keluar dari PSII karena tetap tidak setuju dengan politik PSII. Mereka bersedia kembali jikalau PSII: (a) jika PSII mau melepaskan asas hijrah, asas itu tidak boleh dijadikan asas perjuangan melainkan hanya taktik perjuangan; (b) semata mata hanya mengerjakan aksi politik sedang pekerjaan sosial ekonomi harus diserahkan kepada perkumpulan lain; (c) secepatnya mencabut disiplin partai terhadap Muhammadiyah. Namun, PSII menolak permintaan itu. karena penolakan itu maka tanggal 6 Desember 1938 di Solo didirikanlah partai baru bernama Partai Islam Indonesia (PII) yang diketuai R.M.Wiwoho dengan anggota gabungan dari Parii, Muhammadiyah dan Jong Islamitien Bond (JIB)
Selanjutnya, Kartosuwiryo yang membuat pengurus PSII Marah. Ia telah menulis brosur yang terdiri dari dua jilid tentang hijrah tanpa membicarakannya lebih dulu dengan Abikusno. Kartosuwiryo dan beberapa temannya-temannya telah menyatakan bantahannya dengan cara yang dipandang tidak baik atas tindakan PSII menggabungkan diri dalam Gapi. Kartosuwiryo menolak menghentikan penerbitan tulisan itu dan ia mendapat dukungan dari beberapa cabang PSII di Jawa Tengah,sehingga Kartosuwiryo dan 8 cabang PSII di Jawa Tengah dipecat dari partai tahun 1939.
Pada kongres PSII di Palembang tahun1940 diputuskan menyetujui pemecatan atas S.M.Kartosuwiryo. Setelah dipecat, permulaan tahun 1940 Kartosuwiryo mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII yang mana tanggal 24 Maret 1940 mengadakan rapat umum di Malangbong, Garut. Dalam rapat itu, diterangkan bahwa akan dijalankan “politik hijrah” juga disiarkan keputusan untuk mengadakan suatu “suffah” yaitu suatu badan yang mendidik menjadi pemimpin-pemimpin yang ahli.
Sehingga berdirilah PSII kedua, dalam hal ini bendera dan nama PSII dipakai dengan menggunakan asas dan anggaran dasar yang sama. Dalam kelompok ini sudah nampak cita-cita teokratis islam yang nantinya akan menjadi dasar perjuangan Darul Islam Kartosuwiryo.
Namun, kesempatan untuk berkembang lebih lanjut lagi terhambat karena keadaan perang. Maka tanggal 10 Mei 1940 karena keadaan darurat habislah riwayat kedua partai tersebut dibidang politik.
B. Tokoh Sarekat Islam
1. Kiai Haji Samanhudi
KH Samanhudi yang memiliki nama kecil Sudarno Nadi lahir pada tahun 1868 di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah adalah pendiri Sarekat Dagang Islamiyah sebagai wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta.[3]
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa penjajahan Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Cina pada tahun 1911. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya. KH Samanhudi meninggal di Klaten, Jawa Tengah pada 28 Desember 1956 dan Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Setelah itu,Serikat Islam dipimpin oleh Haji Oemar Said Cokroaminito.
2. H.O.S. Cokro Aminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia. Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882 dan Ia meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia memiliki tiga murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia yaitu Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.
Pada Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam. setelah jatuh sakit setelah mengikuti Kongres SI di Banjarmasin, ia meninggal dan dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta. Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Hal tersebut menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
3. Semaun
Semaun adalah Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia (PKI) yang lahir sekitar tahun 1899 di Curahmalang, Sumobito, Mojoagung, Kab. Jombang, Jawa Timur dan meninggal sekitar tahun 1971.
Ia terjun ke dunia politik pada usia 14 tahun. Pada tahun 1914, Semaun bergabung dengan Sarekat Islam afdeeling Surabaya. Pada tahun 1915, Ia berjumpa Sneevliet yang mengajaknya bergabung ke Indische Sociaal-Democratische Vereeniging dan Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel afdeeling Surabaya yang didirikan Sneevliet .
Pada tahun 1916, ia pindah ke Semarang dan menjadi propagandis VSTP yang digaji. Karena kemampuannya, membuat Semaun cukup dekat dengan Sneevliet.
Semaun menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa Melayu dan Sinar Djawa-Sinar Hindia yaitu koran Sarekat Islam Semarang. Semaoen menjadi tokoh termuda dalam organisasi namun ia andal dan cerdas.
Pada tahun 1918, Semaun menjadi anggota dewan pimpinan SI. Saat menjabat sebagai Ketua SI Semarang, ia banyak terlibat dengan pemogokan buruh dan berhasil memaksa pengusaha menaikkan upah buruh sebesar 20% dan uang makan 10%.
Bersama Alimin dan Darsono, Semaoen berhasil mencapai cita-cita Sneevliet untuk memperluas dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Sikap dan prinsip komunisme Semaoen merenggangkan hubungan dengan anggota SI lainnya. Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia.
Setelah 7 bulan, Partai Komunis Hindia diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dengan Semaoen sebagai ketuanya. Mulanya PKI adalah bagian dari SI, tapi karena perbedaan paham yang membuat SI pecah menjadi dua kubu pada Oktober 1921.
Pada akhir 1921, Semaun pergi ke Moskow dan sebagai gantinya posisi ketum dipegang Tan Malaka. Pada Mei 1922, Semaun kembali dan mengambilalih posisi ketum dan berusaha memberikan pengaruh pada SI tapi tak cukup berhasil.
4. Abdul Muis
Abdoel Moeis adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan namun tidak tamat. Abdul Moeis lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 dan meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun.
Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad pada tahun 1918 mewakili Centraal Sarekat Islam. Ia dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959).
C. Prinsip Dasar Sarekat Islam
Sejak awal pendirian Sarekat Islam di Solo pada 16 Oktober 1905 dan diresmikan melalui notaris pada 10 September 1912. SI telah menempatkan tiga prinsip sebagai dasar perjuangan, antara lain:
· Agama Islam sebagai dasar perjuangan.
· Kerakyatan sebagai dasar himpunan.
· Sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pertama, asas agama Islam berdasarkan pernyataan langsung dari HOS Tjokroaminoto “Memang Sarekat Islam menggunakan nama agama sebagai ikatan persatuan bangsa, untuk mencapai cita-cita sebenarnya, dan agama tidak akan menghambat tujuan itu.”
Pada dasarnya, Sarekat Islam sudah menyadari bahwa kolonialisme tidak dapat dimusnahkan selain dengan iman dan takwa kepada Allah. Untuk itu, muslim harus disatukan untuk menjaga kehormatan dan harga diri Sehingga mereka harus dihimpun dalam satu tempat.
Berikutnya, asas kerakyatan dimana penderitaan rakyat akibat kekejaman Belanda menjadi salah satu alasan Haji Samanhudi mendirikan organisasi Sarekat Islam. SI berjuang bagi rakyat miskin dan hidup sengsara. Meski kebanytakan pemimpin SI berasal dari keturunan bangsawan tidak menghalangi mereka menumpas kemiskinan di tanah air.
Terakhir , asas sosial ekonomi. Pemerintah kolonial memberikan fasilitas dan hak monopoli perdagangan kepada orang Cina dimana itu tidak diterima para pengusaha pribumi yang berakibat pada ketidak mampuan mereka untuk bersaing dengan pengusaha Cina.[4]
Kenyataan yang terjadi, membuat Haji Samanhoedi dan Tjokroaminoto mengerahkan potensi nasional terutama muslim untuk menghadapi monopoli Cina sebagai upaya menjaga hak dan martabat bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syrikat Islam didirikan disolo pada tahun 1911, tiga tahun setelah berdirinya organisasi Budi Utomo. latar belakang ekonomis dari organisasi ini sebagai tanggapan (perlawanan) terhadap perdagangan (penyalur) oleh orang cina. Peristiwa itu merupakan isyarat bagi orang muslim bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan eksistensinya. Oleh karena itu, para pendiri syarikat Islam mendirikan organisasi ini bukan semata-mata untuk mengadakan perlawanan terhadap orang-orang cina, tetapi juga untuk membuat fron melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putra.
Keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia). Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan Negara Kesatuan Indonesia.
Bulan Juli dan Agustus 1930 hubungan PSII dengan golongan nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota PPPKI. Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap keyakinan PSII. Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember 1929 (tidak menunggu kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI. Alasannya yaitu karena Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang memperbolehkan keanggotaan bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syaukani, 1997. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: PT Pustaka Setia.
http://kendakaku.blogspot.com/2014/05/latarbelakangperkembangankemunduran-.html
Jamaludin. 2008. Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi). Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah.
[1] Ahmad Syaukani, 1997. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: PT Pustaka Setia.
[2] Ahmad Syaukani, 1997. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: PT Pustaka Setia.
[3] Jamaludin. 2008. Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi). Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah.
[4] Jamaludin. 2008. Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi). Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar